Beberapa tahun belakangan ini pemerintah mulai rajin mengkampanyekan ikan sebagai alternatif sumber protein pengganti daging. Tidak sedikit riset yang menunjukkan manfaat ikan bagi tubuh misalnya manfaat omega tiga yang dikandungnya. Sebagian pihak juga menganjurkan konsumsi ikan karena harganya murah dan sumber daya perikanan Indonesia tidak ada habisnya.
Apa benar sumberdaya perikanan tidak ada habisnya? Berdasarkan laporan FAO tahun 2010, secara global tercatat penurunan hasil perikanan tangkap dibandingkan pada 2006 sebesar 1,4 juta ton. Hal ini ditenggarai sebagai dampak eksploitasi sumber daya perikanan yang ada dan praktik perikanan yang merusak seperti penggunaan bom dan penangkapan ikan yang masih di bawah ukuran layak tangkap.
Berbeda dengan perikanan besar, nelayan masih sering kesulitan memperoleh informasi mengenai praktik yang merusak dan ukuran layak tangkap. Hal ini dialami oleh nelayan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan sebelum memperoleh pendampingan dari koalisi LSM JARING-Nusantara (JARNUS). Ada dua kelompok nelayan yang memperoleh dampingan di kabupaten ini yaitu kelompok Lanna Perdana yang dibina Yayasan Mattirotasi dan kelompok Tanakeke yang dibina Yayasan Konservasi Laut (YKL).
Diluar keterbatasan mereka, kelompok nelayan ini sudah memiliki modal dasar yaitu kebiasaan menggunakan alat pancing yang ramah lingkungan seperti pancing ulur (hand line) dan rawai dasar (bottom long-line). Dengan pendampingan dari kedua LSM lokal dan WWF-Indonesia, kedua kelompok nelayan ini sudah mulai menerapkan ukuran layak tangkap untuk hasil perikanan tangkap mereka. Hasil tangkapan mereka juga sudah punya pembeli yang memiliki ketertarikan khusus pada produk perikanan ramah lingkungan, salah satunya Fish’n Blues. Perusahaan ini membeli langsung ikan dari kelompok nelayan Lanna Perdana dan Tanakeke dan menjual hasil tangkapan mereka secara online dan siap dipasarkan di sekitar Jakarta.
Para pengunjung Taman Suropati dan Taman Menteng Jakarta juga sudah mencicipi hasil tangkapan berkelanjutan kelompok nelayan ini. Hari minggu lalu (27/4) WWF-Indonesia mengadakan kegiatan pengenalan produk ikan dan kegiatan pemberdayaan nelayan oleh JARNUS di kedua taman tersebut. Para pengunjung yang umumnya keluarga serta peminat olah raga dan hidup sehat antusias mencicipi hidangan yang disediakan. Beberapa jenis ikan yang dihidangkan adalah ikan karang seperti Kakap Putih, Kuwe, Sweet Lips dan Kerapu yang dimasak dengan sedikit bumbu untuk menonjolkan cita rasa ikan segar yang lezat.
“Bisa ya nelayan punya praktik ramah lingkungan?” beberapa pengujung sempat menyampaikan keheranannya saat tim WWF-Indonesia menjelaskan asal dari produk yang mereka makan. Stigma yang melekat di masyarakat masih menganggap nelayan tidak mampu memperbaiki praktik perikanan mereka. Hasil pendampingan dari JARNUS membuktikan hal sebaliknya, dan bukan tidak mungkin seafood yang diproduksi secara berkelanjutan ini dapat segera anda nikmati.
sumber : http://www.wwf.or.id/?33123/mencicipi-seafood-berkelanjutan-nelayan-jaring-nusantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar